Di segi lain, AWS merilis sebuah studi tentang bagaimana organisasi https://bogorklik.com/ usaha Indonesia memakai kekuatan data.
Peralatan dan teknologi, keterampilan digital, dan keamanan information adalah kunci untuk menjembatani kesenjangan kematangan information di Indonesia.
AWS mengatakan, bersama memakai analitik, kecerdasan buatan, dan pembelajaran mesin (machine learning), penghasilan perusahaan bisa tumbuh sebesar 13,8 persen per tahun.
Laporan Demystifying Data 2022 diprakarsai oleh AWS, dan disusun oleh Deloitte Access Economics.
AWS menjelaskan, laporan selanjutnya didasarkan terhadap survei terhadap 523 pejabat senior pengambil ketetapan di bermacam organisasi usaha di Tanah Air.
Dalam survei tersebut, kematangan information organisasi responden diukur termasuk sejauh mana organisasi memakai information yang mereka hasilkan.
Metode pengukur memakai skala numerik lima digit merasa dari Dasar dan Pemula ke Menengah sampai Tingkat Lanjut dan Penguasaan. Lebih dari separuh (57 persen) organisasi yang disurvei berkisah, menangkap dan menganalisis information secara efektif bisa membuahkan peningkatan penjualan dan pendapatan.
Tercatat termasuk peningkatan produktivitas (56 persen), dan terlalu mungkin inovasi (54 persen).
Namun, laporan selanjutnya mendapatkan walaupun kian banyak hal yang bisa dilakukan ternyata 88 persen organisasi di Indonesia tetap dalam tahap kematangan information Dasar dan Pemula.
“Seiring bersama meningkatnya investasi untuk transformasi digital, tercipta kesempatan perluasan pemakaian information demi meningkatkan produktivitas,” papar Rio Ricardo, Direktur Artificial Intelligence & Data, SEA, Deloitte sementara temu meida secara online baru-baru ini.
“Imbasnya membuahkan timbal balik finansial bagi usaha mereka, serta dampak positif terhadap ekonomi,” kata Rio.
Masih Banyak Kendala
Meski begitu, cuma 5 persen dari organisasi di Indonesia yang sudah laksanakan investasi untuk teknologi, talenta dan sistem dibutuhkan dalam usaha memaksimalkan potensi information mereka memiliki secara penuh,
Organisasi responden di sektor informasi, media, dan telekomunikasi mendiami peringkat tertinggi dalam skala kematangan data.
69 persen dari organisasi-organisasi ini berada terhadap level Tingkat Lanjut atau Penguasaan, diikuti oleh organisasi di sektor keuangan dan asuransi (50 persen), dan perdagangan grosir (50 persen).
Sebaliknya, organisasi di sektor pendidikan dan pelatihan serta konstruksi memiliki tingkat kematangan information terendah, bersama cuma tidak cukup dari 30 persen organisasi disurvei di sektor industri ini menggapai tingkat kematangan information Tingkat Lanjut atau Penguasaan.
Meski memahami terkandung kegunaan dari usaha peningkatan kematangan data, banyak organisasi di Indonesia yang tetap menghadapi bermacam tantangan dalam laksanakan hal ini.
Salah satunya adalah dalam pemakaian information dan alat-alat serta teknologi analitik (46 persen), diikuti oleh kurangnya pendanaan (30 persen).
Kenyataan ini diperburuk bersama terdapatnya pandemi COVID-19, di mana 52 persen dari pelaku usaha mengakui sejak terjadinya pandemi, prioritas utama mereka adalah bagaimana caranya bertahan.
Hal ini berujung terhadap berkurangnya sumber kekuatan yang ada untuk information dan analitik.
Selain itu, 44 persen dari organisasi-organisasi ini menyatakan keamanan dan risiko information sebagai halangan lain, yang bisa menimbulkan cost dalam jumlah cukup besar.